8.Tari Kipas (SULAWESI)
Tari Kipas Pakarena merupakan tarian yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Kata pakarena sendiri berasal dari bahasa setempat yakni karena yang berarti main. Tarian ini merupakan salah satu tradisi di kalangan masayarakat Gowa yang masih dipertahankan sampai saat ini. Masyarakat Gowa sendiri adalah masyarakat yang tinggal di daerah bekas kekuasaan kerajaan Gowa. Kerajaan gowa berdiri sekitar abad ke 16 dan mencapai masa kejayaan di abad ke-18 kemudian mengalami keruntuhan di abad itu juga. Seluruh bagian Sulawesi Selatan merupakan wilayah kekuasaan kerajaan gowa sehingga masyarakat asli yang tinggal di daerah tersebut dikenal dengan masyarakat Gowa. Hegemoni kerajaan Gowa yang berlangsung berabad-abad turut mempengaruhi corak kebudayaan masyarakat Gowa. Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu bukti kekuatan tradisi masyarakat Gowa yang masih dipercaya dan dipertahankan sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Tari kipas pakarena mencerminkan ekspresi kelembutan,kesantunan, kesetiaan, kepatuhan dan sikap hormat perempuan Gowa terhadap laki-laki. Setiap pola gerakan dalam tarian pakarena memiliki makna tersendiri. Tarian ini diawali dan diakhiri dengan posisi duduk sebagai tanda hormat dan santun para penari. Pola gerakan memutar bermakna siklus hidup manusia yang selalu berputar. Pola gerakan memutar yang dimainkan adalah gerakan memutar searah jarum jam. Kemudian pola gerakan naik turun melambangkan kehidupan manusia yang kadang berada di bawah dan kadang di atas,pola gerakan ini mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan keasadaran manusia dalam mengahadapi kehidupan.
Tarian ini juga diiringi oleh kelompok musik yang dikenal dengan nama gondrong
rinci. Kelompok ini beranggotakan 7 orang pemain musik yang semuanya adalah
kaum pria. Tugas dari kelompok musik ini adalah mengiringi para penari dengan
tabuhan gandrang sebagai pengatur irama musik dan juga memainkan alat musik
tiup berupa seruling. Selain itu kelompok pengiring ini juga harus
memainkan alat musik sambil melakukan gerakan, terutama gerakan kepala. Setiap
hentakan dari tabuhan gandrang dari pengiring musik melambangkan watak lelaki
Gowa yang keras. Keunikan lain yang diliki tarian ini adalah aturan bagi para
penari dalam memainkan tarian ini. para penari tidak diperkenankan membuka mata
terlalulebar dan mengankat kai terlalu tinggi, hal ini dikarenakan aspek
kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. Dalam memainkan
tarian ini,parapenari dituntut memiliki kondisi fisik yang prima karena durasi
tarian bisa mencapai dua jam dengan gerakan-gerakan yang dinamis.
Masyarakat
Gowa percaya bahwa Tarian Kipas Pakarena berasal dari kisah perpisahan antara
penghuni negeri kahyangan (boting langi) dengan penghuni bumi (lino) di zaman
dahulu. Sebelum perpisahan, penghuni boting langi mengajarkan penghuni
bumi cara menjalani hidup dengan bercocok tanam,berburu dan beternak melalui
gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan-gerakan ini kemudian digunakanoleh
penghuni lino untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.
Masyarakat
Gowa biasanya mementaskan Tari Kipas Pakarena di acara- acara adat atau
acara-acara hiburan. Akan tetapi, masyarakat Gowa tidak menganggap tarian ini
hanya sebagai hiburan saja tapi juga sebagai wujud rasa syukur yang
dilambangkan dengan setiap gerakan yang estetik dari tarian ini. Selain
memiliki nilai hiburan dan nilai filosofi bagi masyarkat Gowa, tarian ini juga
menjadi salah satu daya tarik pariwisata bagi provinsi Sulawesi Selatan
sehingga tarian ini seringkali dipentaskan dalam rangkaian acara promosi
pariwisata provinsi Sulawesi Selatan.
0 komentar:
Posting Komentar