7.Tari Serimpi (JAWA TENGAH)
Tari serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah.Tari klasik sendiri mempunyai arti
sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan tumbuh di kalanganistana.
Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini
memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan,
kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan
serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan.Tari serimpi Jawa ini dinilai
mempunyai kemiripan dengan tari
Pakarena dari Makasar, yakni
dilihat dari segi kelembutan gerak parapenari.
Sejak dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari
pentas yang lain karena sifatnya yang sakral. Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan
oleh orang-orang yang dipilih keraton. Serimpi memiliki tingkat kesakralan
yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang kekuasaan raja yang
berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun
sifatnya tidak sesakral tari Bedhaya.
Dalam pagelaran, tari serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti pada tari Bedhaya, melainkan
hanya di waktu-waktu tertentu saja.Adapun iringan musik untuk tari Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat menyanyikan lagu
tembang-tembang Jawa.
Serimpi sendiri telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa, di antaranya durasi waktu
pementasan.Kini salah satu kebudayaan yang
berasal dari Jawa Tengah ini dikembangkan menjadi beberapa varian baru dengan durasi pertunjukan yang semakin singkat.Sebagai contoh Srimpi Anglirmendhung menjadi 11 menit dan juga Srimpi Gondokusumo menjadi 15 menit yang awal penyajiannya berdurasi
kurang lebih 60 menit.
Selain waktu pagelaran, tari ini juga mengalami
perkembangan dari segi pakaian.Pakaian penari yang awalnya adalah
seperti pakaian yang dikenakan oleh pengantin putri keraton dengan dodotan dan gelung bokor sebagai hiasan kepala, saat ini kostum penari beralih menjadi pakaian tanpa lengan, serta gelung rambut yang berhiaskan bunga ceplok, dan hiasan
kepala berupa bulu burung kasuari.
Jenis-Jenis
Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung. Untuk Kesultanan Surakarta, Serimpi
digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Salah satu jenis tari Serimpi yang
lain adalah Serimpi Renggawati yang dipentaskann oleh lima orang, yakni empat penari ditambah
dengan satu penari sebagai putri Renggawati. Adapun kisah yang diceritakan adalah kisah Angling
Dharma, seorang putra mahkota yang masih muda dan
terkenakutukan menjadi burung Mliwis.[18] Dia akan dapat kembali ke wujud semula
jika badannya tersentuh oleh tangan seorang putri cantik jelita (putri
Renggawati). Semua peristiwa ini dicerminkan dalam tari-tarian yang
digelar oleh para penari serimpi Renggawati yang diakhiri dengan sebuah
kebahagiaan.
Di luar tembok keraton, ada tari Serimpi yang juga
ditarikan oleh lima penari, yakni Serimpi Lima.Tari ini berkembang di wilayah pedesaan,
yakni di tengah-tengah masyarakat desa Ngadireso, kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang, Jawa Timur.Di desa Ngadireso, Serimpi akan
digelar saat ada upacara ruwatan, yakni suatu proses pembersihan diri yang bertujuan untuk
menghilangkan nasib buruk serta aura negatif dalam diri seseorang yang
dilakukan dengancara tertentu. Adapun ruwatan yang dilakukan adalah ruwatan murwakala, yakni
ruwatan yang dilakukan untuk menyelamatkan atau melindungi seseorang yang
diyakini akan menjadi mangsa atau makananan Bethara Kala.Meskipun
begitu, Serimpi ini bertemakan kegembiraan, erotik, dan
sakral. Serimpi Lima merupakan wujud darigagasan dan aktivitas masyarakat pemiliknya. Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosio-kulturalkarena dalam
lingkungan etnik, perilaku mempunyai wewenang yang amat besar
dalam menentukan keberadaan kesenian termasuk tari tradisional.
Bentuk serimpi tertua menurut sumber tertulis, diciptakan oleh Sri Pakubuwana V pada tahun Jawa 1748 atau sekitar tahun 1820-1823, yakni Serimpi Ludiramadu. Tari ini diciptakan olehnya untuk
mengenang ibunya yang berdarahMadura. Untuk bentuk terbaru serimpi adalah Serimpi Pondelori, gubahan para guru perkumpulan tari Yogyakarta,
kemudian ada Among Beksa yang dipentaskan oleh delapan orang
penari dengan mengambil tema Menak.
Serimpi Pondelori sendiri adalah suatu bentuk tari Serimpi khas Yogyakarta
yang dipentaskan oleh empat orang. Isinya adalah sebuahpertengkaran antara Dewi Sirtupilaeli dan Dewi Sudarawerti yang memperebutkan cinta dari Wong Agung Jayengrana, pangeran dari negeriArab..
Di akhir cerita tidak terjadi kekalahan maupun kemenangan karena dua kubu yang
berseteru akhirnya semua dinikahi oleh pangeran.
Kemudian ada tari Serimpi Cina. Yang membedakan dari tari ini adalah
penarinya mengenakan baju khas orang Cina.Biasanya tari yang satu ini dibawakan
di Istana Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat.
Selanjutnya adalah tari Serimpi Pamugrari, dinamakan seperti itu karena
musik pengiringnya menggunakan gending pramugari. Untuk senjata yang dibawa saat menari
adalah pistol.
Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung. Untuk Kesultanan Surakarta, Serimpi digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Salah satu jenis tari Serimpi yang lain adalah Serimpi Renggawati yang dipentaskann oleh lima orang, yakni empat penari ditambah dengan satu penari sebagai putri Renggawati. Adapun kisah yang diceritakan adalah kisah Angling Dharma, seorang putra mahkota yang masih muda dan terkenakutukan menjadi burung Mliwis.[18] Dia akan dapat kembali ke wujud semula jika badannya tersentuh oleh tangan seorang putri cantik jelita (putri Renggawati). Semua peristiwa ini dicerminkan dalam tari-tarian yang digelar oleh para penari serimpi Renggawati yang diakhiri dengan sebuah kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar