This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Rabu, 17 Desember 2014
10.16
Unknown
10.Tari Remo (JAWA TIMUR)
Tari Remo merupakan
tari selamat datang khas
Jawa Timur yang
menggambarkan karakter dinamis Jawa Timur. Daerah-daerah yang menggunakan
tarian ini diantaranya Surabaya, Jombang, Malang, dan Situbondo. Tarian ini
dikemas sebagai gambaran keberanian seorang pangeran yang berjuang dalam sebuah
medan pertempuran. Makanya sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam
menampilkan tarian ini. Tarian yang dipromosikan sekitar tahun1900 ini, pernah
dimanfaatkan oleh nasionalis Indonesia untuk berkomunikasi kepada masyarakat.
Saat remo ditarikan selalu diiringi dengan musik
gamelan dalam suatu gending yang terdiri dari bonang, saron, gambang, gender,
slentem, siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan gong dan irama slendro.
Biasanya menggunakan irama gending jula-juli Suroboyo tropongan. Tari remo dapat
ditarikan dengan gaya wanita atau gaya pria, baik ditampilkan secara
bersama-sama atau bergantian. Biasanya tari ini di tampilkan sebagai tari
pembukaan dari seni ludruk atau wayang kulit.
Busana
yang dikenakan masing-masing daerah di Jawa Timur untu menari remo memiliki
khas tersendiri. Gaya Surabayaan atau juga Sawunggaling, penarinya mengenakan
kostum yang terdiri dari bagian atas hitam yang menghadirkan pakaian abad 18,
celana bludru hitam dengan hiasan emas dan batik. Di pinggang ada sebuah sabuk
dan keris. Di paha kanan ada selendang menggantung sampai ke mata kaki.
Sementara penari perempuan memakai sanggul di rambutnya.
Sementara
busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan,
namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata
kaki serta tidak disemat dengan jarum. Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama
dengan gaya Sawunggaling,
namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan
rompi. Satu lagi adalah busana remong putri. Busana ini berbeda dengan gaya
remong yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup
bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta
hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.
Gerakan
kaki yang rancak dan dinamis menjadi karakteristik yang paling utama. Gerakan
ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki.
Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain
itu, karakteristik yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan
anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat
tarian ini semakin atraktif. Meskipun tari remong dulunya seni tari yang
digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya
waktu, fungsi dari tari remong pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan
ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu–tamu kenegaraan.
Selain
itu, tari remong juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai
upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak
hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini
muncul jenis tari remong putri. Dalam pertunjukan tari remong putri, umumnya
para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli
yang dibawakan oleh penari pria.
10.11
Unknown
9.Tari Payung (sumut)
Tari Kipas Pakarena merupakan tarian yang berasal dari Gowa,
Sulawesi Selatan. Kata pakarena sendiri berasal dari bahasa setempat yakni
karena yang berarti main. Tarian ini merupakan salah satu tradisi di kalangan
masayarakat Gowa yang masih dipertahankan sampai saat ini. Masyarakat Gowa
sendiri adalah masyarakat yang tinggal di daerah bekas kekuasaan kerajaan Gowa.
Kerajaan gowa berdiri sekitar abad ke 16 dan mencapai masa kejayaan di abad
ke-18 kemudian mengalami keruntuhan di abad itu juga. Seluruh bagian Sulawesi
Selatan merupakan wilayah kekuasaan kerajaan gowa sehingga masyarakat asli yang
tinggal di daerah tersebut dikenal dengan masyarakat Gowa. Hegemoni kerajaan
Gowa yang berlangsung berabad-abad turut mempengaruhi corak kebudayaan
masyarakat Gowa. Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu bukti kekuatan
tradisi masyarakat Gowa yang masih dipercaya dan dipertahankan sebagai warisan
budaya yang tak ternilai harganya.
Tari kipas pakarena mencerminkan ekspresi kelembutan,kesantunan, kesetiaan, kepatuhan dan sikap hormat perempuan Gowa terhadap laki-laki. Setiap pola gerakan dalam tarian pakarena memiliki makna tersendiri. Tarian ini diawali dan diakhiri dengan posisi duduk sebagai tanda hormat dan santun para penari. Pola gerakan memutar bermakna siklus hidup manusia yang selalu berputar. Pola gerakan memutar yang dimainkan adalah gerakan memutar searah jarum jam. Kemudian pola gerakan naik turun melambangkan kehidupan manusia yang kadang berada di bawah dan kadang di atas,pola gerakan ini mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan keasadaran manusia dalam mengahadapi kehidupan.
Tarian ini juga diiringi oleh kelompok musik yang dikenal dengan nama gondrong rinci. Kelompok ini beranggotakan 7 orang pemain musik yang semuanya adalah kaum pria. Tugas dari kelompok musik ini adalah mengiringi para penari dengan tabuhan gandrang sebagai pengatur irama musik dan juga memainkan alat musik tiup berupa seruling. Selain itu kelompok pengiring ini juga harus memainkan alat musik sambil melakukan gerakan, terutama gerakan kepala. Setiap hentakan dari tabuhan gandrang dari pengiring musik melambangkan watak lelaki Gowa yang keras. Keunikan lain yang diliki tarian ini adalah aturan bagi para penari dalam memainkan tarian ini. para penari tidak diperkenankan membuka mata terlalulebar dan mengankat kai terlalu tinggi, hal ini dikarenakan aspek kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. Dalam memainkan tarian ini,parapenari dituntut memiliki kondisi fisik yang prima karena durasi tarian bisa mencapai dua jam dengan gerakan-gerakan yang dinamis.
Masyarakat
Gowa percaya bahwa Tarian Kipas Pakarena berasal dari kisah perpisahan antara
penghuni negeri kahyangan (boting langi) dengan penghuni bumi (lino) di zaman
dahulu. Sebelum perpisahan, penghuni boting langi mengajarkan penghuni
bumi cara menjalani hidup dengan bercocok tanam,berburu dan beternak melalui
gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan-gerakan ini kemudian digunakanoleh
penghuni lino untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.
Masyarakat
Gowa biasanya mementaskan Tari Kipas Pakarena di acara- acara adat atau
acara-acara hiburan. Akan tetapi, masyarakat Gowa tidak menganggap tarian ini
hanya sebagai hiburan saja tapi juga sebagai wujud rasa syukur yang
dilambangkan dengan setiap gerakan yang estetik dari tarian ini. Selain
memiliki nilai hiburan dan nilai filosofi bagi masyarkat Gowa, tarian ini juga
menjadi salah satu daya tarik pariwisata bagi provinsi Sulawesi Selatan
sehingga tarian ini seringkali dipentaskan dalam rangkaian acara promosi
pariwisata provinsi Sulawesi Selatan.
Tari Payung adalah tari tradisional dari Sumatra Barat. Tarian ini membawakan cerita tentang hubungan asmara di antara muda-mudi. Payung menjadi atribut penting dalam tarian ini, sebagai perlambang penyatuan tujuan dua insan menuju kebahagiaan cinta. Hingga hari ini, Tari Payung masih lestari di tengah masyarakat Minangkabau, bahkan berkembang dengan variasi-variasi baru.
Tari
payung dibawakan oleh para penari yang jumlahnya genap, di mana mereka
berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki datang
menghampiri pasangan mereka masing-masing dengan payung terkembang, yang
bermakna bahwa dia siap untuk membawa dan melindungi Sang Perempuan menuju
kebahagiaan mahligai rumah tangga. Sementara Sang Perempuan dengan selendangnya
menyambut Sang Lelaki sebagai jawaban, bahwa bersama Sang Lelaki, dia siap
mengarungi jalan jalan cinta mereka.
Selaras
dengan tema cerita yang dibawakan, koreografi Tari Payung mengeksplorasi
interaksi antara penari laki-laki dan perempuan. Lagu yang menjadi pakem dalam
tarian ini berjudul Berbendi-bendi
ke Sungai Tanang, yang bercerita tentang suasana bulan madu
sepasang suami-istri di Sungai Tanang. Lagu tersebut dibawakan dengan hantaran
musik yang dimulai dengan tempo lambat, lebih cepat, hingga sangat cepat.
Berikut
adalah petikan dari lagu tersebut:
Berbendi-bendi ke Sungai Tanang
Babendi-bendi
Babendi..bendi
Ka sungai tanang
Aduhai sayang (2x)
Singgahlah mamatiak..singgahlah mamatiak
Bunga lembayung (2x)
Hati siapo..indak ka sanang aduhai sayang..(2x)
Mailek rang mudo..mailek rang mudo manari payung..(2x)
Hati siapo..hati siapo..indak ka sanang aduhai sayang..(2x)
Mailek si nona..mailek si nona manari payung..(2x)
Berbendi-bendi
Berbendi-bendi
Berbendi-bendi
Ke sungai tenang..aduhai sayang (2x)
Singgahlah memetik..singgahlah memetik bunga lembayung
Hati siapa..hati siapa tidaklah senang aduhai sayang (2x)
Melihat orang muda..melihat orang muda menari payung..
Hati siapa tidaklah senang aduhai sayang (2x)
Melihat si nona..melihat si nona..menari payung(2x)
Dewasa
ini, bermunculan berbagai kreasi baru atas Tari Payung. Kehadiran
sentuhan-sentuhan baru tersebut tentu saja membuat Tari Payung semakin segar
untuk diapresiasi. Namun demikian, hal tersebut bukannya tanpa persoalan. Ada
saja sejumlah praktisi Tari Payung yang tidak sepakat dengan ide-ide untuk
membarukan tarian yang dianggap sarat dengan nilai-nilai tradisi
tersebut.
10.05
Unknown
8.Tari Kipas (SULAWESI)
Tari Kipas Pakarena merupakan tarian yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Kata pakarena sendiri berasal dari bahasa setempat yakni karena yang berarti main. Tarian ini merupakan salah satu tradisi di kalangan masayarakat Gowa yang masih dipertahankan sampai saat ini. Masyarakat Gowa sendiri adalah masyarakat yang tinggal di daerah bekas kekuasaan kerajaan Gowa. Kerajaan gowa berdiri sekitar abad ke 16 dan mencapai masa kejayaan di abad ke-18 kemudian mengalami keruntuhan di abad itu juga. Seluruh bagian Sulawesi Selatan merupakan wilayah kekuasaan kerajaan gowa sehingga masyarakat asli yang tinggal di daerah tersebut dikenal dengan masyarakat Gowa. Hegemoni kerajaan Gowa yang berlangsung berabad-abad turut mempengaruhi corak kebudayaan masyarakat Gowa. Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu bukti kekuatan tradisi masyarakat Gowa yang masih dipercaya dan dipertahankan sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Tari kipas pakarena mencerminkan ekspresi kelembutan,kesantunan, kesetiaan, kepatuhan dan sikap hormat perempuan Gowa terhadap laki-laki. Setiap pola gerakan dalam tarian pakarena memiliki makna tersendiri. Tarian ini diawali dan diakhiri dengan posisi duduk sebagai tanda hormat dan santun para penari. Pola gerakan memutar bermakna siklus hidup manusia yang selalu berputar. Pola gerakan memutar yang dimainkan adalah gerakan memutar searah jarum jam. Kemudian pola gerakan naik turun melambangkan kehidupan manusia yang kadang berada di bawah dan kadang di atas,pola gerakan ini mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan keasadaran manusia dalam mengahadapi kehidupan.
Tarian ini juga diiringi oleh kelompok musik yang dikenal dengan nama gondrong
rinci. Kelompok ini beranggotakan 7 orang pemain musik yang semuanya adalah
kaum pria. Tugas dari kelompok musik ini adalah mengiringi para penari dengan
tabuhan gandrang sebagai pengatur irama musik dan juga memainkan alat musik
tiup berupa seruling. Selain itu kelompok pengiring ini juga harus
memainkan alat musik sambil melakukan gerakan, terutama gerakan kepala. Setiap
hentakan dari tabuhan gandrang dari pengiring musik melambangkan watak lelaki
Gowa yang keras. Keunikan lain yang diliki tarian ini adalah aturan bagi para
penari dalam memainkan tarian ini. para penari tidak diperkenankan membuka mata
terlalulebar dan mengankat kai terlalu tinggi, hal ini dikarenakan aspek
kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. Dalam memainkan
tarian ini,parapenari dituntut memiliki kondisi fisik yang prima karena durasi
tarian bisa mencapai dua jam dengan gerakan-gerakan yang dinamis.
Masyarakat
Gowa percaya bahwa Tarian Kipas Pakarena berasal dari kisah perpisahan antara
penghuni negeri kahyangan (boting langi) dengan penghuni bumi (lino) di zaman
dahulu. Sebelum perpisahan, penghuni boting langi mengajarkan penghuni
bumi cara menjalani hidup dengan bercocok tanam,berburu dan beternak melalui
gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan-gerakan ini kemudian digunakanoleh
penghuni lino untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.
Masyarakat
Gowa biasanya mementaskan Tari Kipas Pakarena di acara- acara adat atau
acara-acara hiburan. Akan tetapi, masyarakat Gowa tidak menganggap tarian ini
hanya sebagai hiburan saja tapi juga sebagai wujud rasa syukur yang
dilambangkan dengan setiap gerakan yang estetik dari tarian ini. Selain
memiliki nilai hiburan dan nilai filosofi bagi masyarkat Gowa, tarian ini juga
menjadi salah satu daya tarik pariwisata bagi provinsi Sulawesi Selatan
sehingga tarian ini seringkali dipentaskan dalam rangkaian acara promosi
pariwisata provinsi Sulawesi Selatan.
09.57
Unknown
7.Tari Serimpi (JAWA TENGAH)
Tari serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah.Tari klasik sendiri mempunyai arti
sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan tumbuh di kalanganistana.
Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini
memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan,
kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan
serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan.Tari serimpi Jawa ini dinilai
mempunyai kemiripan dengan tari
Pakarena dari Makasar, yakni
dilihat dari segi kelembutan gerak parapenari.
Sejak dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari
pentas yang lain karena sifatnya yang sakral. Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan
oleh orang-orang yang dipilih keraton. Serimpi memiliki tingkat kesakralan
yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang kekuasaan raja yang
berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun
sifatnya tidak sesakral tari Bedhaya.
Dalam pagelaran, tari serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti pada tari Bedhaya, melainkan
hanya di waktu-waktu tertentu saja.Adapun iringan musik untuk tari Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat menyanyikan lagu
tembang-tembang Jawa.
Serimpi sendiri telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa, di antaranya durasi waktu
pementasan.Kini salah satu kebudayaan yang
berasal dari Jawa Tengah ini dikembangkan menjadi beberapa varian baru dengan durasi pertunjukan yang semakin singkat.Sebagai contoh Srimpi Anglirmendhung menjadi 11 menit dan juga Srimpi Gondokusumo menjadi 15 menit yang awal penyajiannya berdurasi
kurang lebih 60 menit.
Selain waktu pagelaran, tari ini juga mengalami
perkembangan dari segi pakaian.Pakaian penari yang awalnya adalah
seperti pakaian yang dikenakan oleh pengantin putri keraton dengan dodotan dan gelung bokor sebagai hiasan kepala, saat ini kostum penari beralih menjadi pakaian tanpa lengan, serta gelung rambut yang berhiaskan bunga ceplok, dan hiasan
kepala berupa bulu burung kasuari.
Jenis-Jenis
Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung. Untuk Kesultanan Surakarta, Serimpi
digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Salah satu jenis tari Serimpi yang
lain adalah Serimpi Renggawati yang dipentaskann oleh lima orang, yakni empat penari ditambah
dengan satu penari sebagai putri Renggawati. Adapun kisah yang diceritakan adalah kisah Angling
Dharma, seorang putra mahkota yang masih muda dan
terkenakutukan menjadi burung Mliwis.[18] Dia akan dapat kembali ke wujud semula
jika badannya tersentuh oleh tangan seorang putri cantik jelita (putri
Renggawati). Semua peristiwa ini dicerminkan dalam tari-tarian yang
digelar oleh para penari serimpi Renggawati yang diakhiri dengan sebuah
kebahagiaan.
Di luar tembok keraton, ada tari Serimpi yang juga
ditarikan oleh lima penari, yakni Serimpi Lima.Tari ini berkembang di wilayah pedesaan,
yakni di tengah-tengah masyarakat desa Ngadireso, kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang, Jawa Timur.Di desa Ngadireso, Serimpi akan
digelar saat ada upacara ruwatan, yakni suatu proses pembersihan diri yang bertujuan untuk
menghilangkan nasib buruk serta aura negatif dalam diri seseorang yang
dilakukan dengancara tertentu. Adapun ruwatan yang dilakukan adalah ruwatan murwakala, yakni
ruwatan yang dilakukan untuk menyelamatkan atau melindungi seseorang yang
diyakini akan menjadi mangsa atau makananan Bethara Kala.Meskipun
begitu, Serimpi ini bertemakan kegembiraan, erotik, dan
sakral. Serimpi Lima merupakan wujud darigagasan dan aktivitas masyarakat pemiliknya. Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosio-kulturalkarena dalam
lingkungan etnik, perilaku mempunyai wewenang yang amat besar
dalam menentukan keberadaan kesenian termasuk tari tradisional.
Bentuk serimpi tertua menurut sumber tertulis, diciptakan oleh Sri Pakubuwana V pada tahun Jawa 1748 atau sekitar tahun 1820-1823, yakni Serimpi Ludiramadu. Tari ini diciptakan olehnya untuk
mengenang ibunya yang berdarahMadura. Untuk bentuk terbaru serimpi adalah Serimpi Pondelori, gubahan para guru perkumpulan tari Yogyakarta,
kemudian ada Among Beksa yang dipentaskan oleh delapan orang
penari dengan mengambil tema Menak.
Serimpi Pondelori sendiri adalah suatu bentuk tari Serimpi khas Yogyakarta
yang dipentaskan oleh empat orang. Isinya adalah sebuahpertengkaran antara Dewi Sirtupilaeli dan Dewi Sudarawerti yang memperebutkan cinta dari Wong Agung Jayengrana, pangeran dari negeriArab..
Di akhir cerita tidak terjadi kekalahan maupun kemenangan karena dua kubu yang
berseteru akhirnya semua dinikahi oleh pangeran.
Kemudian ada tari Serimpi Cina. Yang membedakan dari tari ini adalah
penarinya mengenakan baju khas orang Cina.Biasanya tari yang satu ini dibawakan
di Istana Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat.
Selanjutnya adalah tari Serimpi Pamugrari, dinamakan seperti itu karena
musik pengiringnya menggunakan gending pramugari. Untuk senjata yang dibawa saat menari
adalah pistol.
Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung. Untuk Kesultanan Surakarta, Serimpi digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Salah satu jenis tari Serimpi yang lain adalah Serimpi Renggawati yang dipentaskann oleh lima orang, yakni empat penari ditambah dengan satu penari sebagai putri Renggawati. Adapun kisah yang diceritakan adalah kisah Angling Dharma, seorang putra mahkota yang masih muda dan terkenakutukan menjadi burung Mliwis.[18] Dia akan dapat kembali ke wujud semula jika badannya tersentuh oleh tangan seorang putri cantik jelita (putri Renggawati). Semua peristiwa ini dicerminkan dalam tari-tarian yang digelar oleh para penari serimpi Renggawati yang diakhiri dengan sebuah kebahagiaan.
09.42
Unknown
6.Tari Piring (PADANG)
Selain limpahan
objek wisata alam, Sumatera Barat juga memiliki
banyak corak seni yang akan membuat Anda terkesima. Salah satunya adalah seni
tari daerah yang diberi nama Tari
Piring. Beberapa tahun terakhir, pemerintah Sumatera Barat menobatkan Tari
Piring menjadi salah satu aset untuk menarik perhatian wisatawan.
Tari Piring
berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari piring
dilakukan oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan kepada para
dewa sebagai wujud rasa syukur atas masa panen yang memberikan hasil sangat
memuaskan. Mereka menari dengan sangat lincah sembari memegang piring-piring di
telapak tangannya. Terdapat tiga jenis variasi gerakan dalam seni Tari Piring,
yaitu tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang (bergelombang), dan aka malilik (akal melilit).
Namun, seiring
masuknya agama Islam maka tarian ini mengalami pergeseran sehingga tidak lagi
untuk menyembah dewa melainkan untuk ditampilkan dalam acara hajatan ataupun
juga acara pernikahan. Para penari pun beralih dari yang awalnya campuran, kini
hanya dilakukan oleh perempuan-perempuan yang berdandan cantik. Barangkali Anda
tidak akan percaya tanpa melihat secara langsung para penari bergerak cepat,
atraktif, penuh semangat dan sangat indah dengan piring-piring yang sama sekali
tidak bergoyang apalagi terjatuh. Tarian ini diawali dengan para penari yang
mulai bergerak sesuai koreografi tarian dengan meletakkan piring di
masing-masing tangannya tanpa terlepas atau bergeser sedikitpun.
Suasana semakin
semarak dengan alat musik yang digunakan untuk mengiringi rentak tarian, yaitu
talempong dan saluang. Kostum penari biasanya berwarna cerah sehingga mendukung
kemeriahan acara. Anda juga akan mendengar irama khas yang dihasilkan dari
suara dentingan antara piring yang dipegang dengan cincin yang memang sengaja
dikenakan di jari penari. Kemudian, bersiaplah untuk menahan napas sejenak di
bagian pertengahan pertunjukkan, sebab akan ada atraksi lempar piring. Ya,
piring-piring yang dipegang oleh para penari sengaja dilemparkan sangat tinggi
ke udara kemudian pecahannya diinjak dengan gerakan tari yang terus
dilanjutkan. Hal ini menggambarkan perasaan gembira atas hasil panen yang
melimpah. Ajaibnya, tidak akan akan satu luka pun di kaki para penari sekalipun
mereka menginjaknya dengan kaki telanjang. Secara umum, penari dalam tarian
tradisional ini berjumlah ganjil, antara tiga, lima, atau tujuh penari.
Tari Piring sangat terkenal keistimewaannya ke seluruh penjuru dunia. Tarian ini sudah pernah dipentaskan di luar Sumatera Barat, yakni di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan lainnya. Lebih membanggakannya lagi, Tari Piring juga turut dipentaskan dalam rangka tour festival kebudayaan Nusantara. Tidak hanya di dalam negeri, Tari Piring juga telah merambah ke dunia internasional dan pernah dipentaskan dalam festival budaya Nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta beberapa negara di Eropa. Apabila Anda ingin menampilkan Tari Piring dalam acara atau hajatan yang Anda selenggarakan, Anda dapat menyewa grup tarian ini sehingga para penari hadir di kota Anda dan menyuguhkan tarian tradisional Sumatera Barat secara langsung untuk tamu undangan Anda. Tentunya, akan membuat seluruh yang menonton menjadi terkagum-kagum atas keunikan koreografi yang dimiliki serta kelincahan gerakan para penari dengan piring-piring di tangannya.
Biasanya
pementasaan Tari Piring ini dipentaskan oleh jumlah orang yang tak tertentu,
tetapi yang menjadi syarat utama dalam melaksanakan Tari Piring adalah jumlah
orang yang mementaskan Tari Piring ini harus berjumlah ganjil, namun pada zaman
dulu Tari Piring ini dipentaskan oleh 1 orang saja. Dimana dalam pelaksanaan
Tari Piring, para penari memegang tingkatan-tingkatan piring yang telah disusun
dan sambil melakukan gerakan tari, dimana semakin tinggi tingkatan piring
semakin baik pula. Ketika alunan musik yang mengikuti semakin cepat, piring
yang dipegang oleh penari akan dilempar keatas dan pecahan piring tersebut akan
diinjak-injak oleh penari dan penari pun tetap menari sampai musik yang
mengikuti berhenti.
Dapat
disimpulkan bahwa dalam Tari Piring memiliki nilai-nilai trasedental, yang
dimana nilai-nilai trasendental ini terdapat dalam tata cara pelaksanaan Tari
Piring. Dimana piring-piring yang dipegang oleh para penari ini disusun
keatas,dimana menunjukan bahwa piring diatas bertujuan untuk kearah
tuhan(trasendental) dan juga terlihat dalam fungsi dan tujuan tari piring ini
merupakan mengucapakan rasa bersyukur dan terima kasih kepada yang ada diatas,
terhadap apa yang telah diberikan kepada masyarakat Minangkabau.
09.38
Unknown
5.Tari Yospan (PAPUA)
Bila Anda berkunjung ke Papua, mungkin pernah melihat tarian yang satu ini. Tari yospan namanya. Tari yang merupakan kepanjangan dari yosim pancar ini adalah tarian pergaulan yang sering dibawakan muda-mudi sebagai bentuk persahabatan.
Tarian ini adalah penggabungan dua tarian dari rakyat Papua, yakni tari yosim dan tari pancar. Yosim adalah tarian yang mirip poloneis dari dansa barat. Tari ini berasal dari Sarmi, kabupaten di pesisir utara Papua, dekat Sungai Mamberamo. Ada pula sumber yang mengatakan jika yosim berasal dari wilayah Teluk Saireri (Serui, Waropen). Sementara, pancar adalah tari yang berkembang di Biak Numfor dan Manokwari pada awal tahun 1960-an.
Pada awal kelahirannya, gerakan-gerakan dalam tari pancar seperti “akrobatik” di udara, yakni gerakan jatuh jungkir-balik dari langit. Gerakannya mirip daun kering yang jatuh tertiup angin – dari pesawat tempur jet Neptune buatan Amerika Serikat yang dipakai Angkatan Udara Belanda di Irian Barat. Awalnya, tarian ini disebut pancar gas, kemudian disingkat menjadi pancar.
Tari yosim pancar memiliki dua regu pemain yaitu regu musisi dan penari. Penari yospan lebih dari satu orang dengan gerakan dasar yang penuh semangat, dinamik, dan menarik. Beberapa jenis gerakannya yang terkenal seperti pancar gas, gale-gale, jef, pacul tiga, seka, dan lain-lain.
Keunikan dari tarian ini adalah pakaian, aksesori, dan alat musik. Alat musik yang dipakai untuk mengiringi tarian ini antara lain gitar, ukulele (juk), tifa, dan bass akustik (stem bass).
Tari yospan sudah sangat populer dan sering ditampilkan pada saat acara-acara adat, kegiatan penyambutan, dan festival seni budaya. Tari ini juga biasa ditampilkan di festival-festival budaya di berbagai negara.
09.32
Unknown
4.Tari Merak (JAWA TENGAH)
Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang
mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupanmerak yang diangkat ke pentas oleh
Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri. Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus
dan dikepalanya memilikiseperti mahkota. Kehidupan merak yang
selalu mengembangkan bulu ekornya agar
menarikburung merak wanita menginspirasikan R.Tjetje
Somantri untuk membuat tari Merak ini.
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat
dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif
seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk
dan warnabulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam. Ditambah
lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang
sedang dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai mahkota yang dipasang di kepala setiap
penarinya.
Tarian ini biasanya ditarikan
berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang
masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan
laki-lakinya. Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul. Dalam adegan
gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang
sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang
merak yang sedang bermesraan.
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden
Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di
Indonesia dan luar negeri. Tidak heran kalau seniman Bali juga,
diantaranya mahasiswa Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan
gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.
Langganan:
Postingan (Atom)